Kriiiiingg!!!! Kriiiinggg!!
"Ugh, berisik banget sih lo mow!"
Reihan kembali menutup selimut dan menelungkupkan badannya ke dalam selimut setelah mematikan momow, beker kesayangannya dengan tokoh Superman yang super cerewet dan bukan 'super laki-laki'. "Woooii!! Adrianata Reihan! Bangun loooooo! Dasar Keboooooooooo.... Lani mana suka sama cowok 'penggarap sawah kaya elo!'"
Lagi-lagi kali ini alarm dari HP Reihan yang sudah di set dengan nada suaranya sendiri, bergetar sampai 2 kali sebelum dia bangun dan langsung ke kamar mandi.
"Iya iya gue bangun nih!"
'Reihan tuh kebiasaan ya, udah jam segini pasti masih tidur deh, huuuh'
Dengan tampang cemberut dia melanjutkan membuka folder 'Lani&Rei'. Sambil menimbang-nimbang apa ya yang bakal dilakuin Reihan nanti. Soalnya Reihan itu suka banget ngasih kejutan-kejutan yang kadang bikin Lani jadi gaenak sendiri, atau tiba-tiba jadi deg-degan. Pokoknya intinya Reihan itu gak ketebak deh.
Belum sempat selesai melamunnya, dia mendengar Mamanya seperti sedang berbicara dengan seseorang. 'Kayanya ada tamu ya?' Pikir Lani.
"Hai." Sapa seseorang yang sedang duduk di ruang tamunya, menunggu Lani menghampirinya.
"Hai, Rei."
'Hmm, Reihan kok kayanya beda ya dari yang biasanya'
Hari itu memang Reihan terlihat berbeda. Dia kelihatan lebih rapi dan tentunya ekspresi cerianya yang tak pernah lepas dari wajahnya.
"Hmm.. Kita jalan sekarang aja yuk." Ajak Reihan.
"Tapi kan masih jam 8, Rei"
"Iya, justru karna udah jam 8 makanya kita harus berangkat sekarang."
Lani yang tidak mengerti arti ucapan Reihan hanya megernyitkan dahi dan akhirnya berlalu untuk ganti pakaian.
"Yaudah, tunggu aku ganti baju dulu ya."
Dia tidak bertanya-tanya lagi, karna tau memang seperti itulah Reihan.
"Sekarang jam 9.42 ya, hmm.. Tunggu 8 menit lagi ya" Ujar Reihan sambil tersenyum.
'Khas Reihan banget' ujar Lani dalam hati.
"Nih, coklat. Aku sengaja beli, karna tau pasti kamu blm makan."
Lani hanya tersenyum dan mengambil coklat dari tangan Reihan.
"Hmm.. Hmm.. Tunggu tunggu Lan bentar, aduh mana sih. Nggak on time banget."
Tidak lama, muncul puluhan balon berwarna soft-pink, dan putih.
Lani hanya tertegun. Diikuti dengan senyum, Reihan hanya berkata
"Aku udah lama pengen nunjukin ini ke kamu."
"Happy 1st Anniversary, Dear"
Lani yang sedari tadi hanya terbengong-bengong mulai muncul semburat merah dari wajahnya.
Dia tidak hanya sekedar suka warna umum dari semua balon-balon itu. Tapi dia suka Balon. Ya... Balon. Apalagi yang berwarna soft-pink seperti itu.
"Itu pistolnya buat nembakin balon-balon disana ya."
Kata-kata Reihan semakin tidak dimengertinya. Buat apa balon-balon itu di diledakin? Kan percuma kalo nanti tinggal tali-tali balonnya doang, pikir Lani.
"Kenapa di tembakin balon-balonnya?"
"Ya, biar terbang ke angkasa dong."
Lani semakin bingung.
"Oh iya, maksudku yang ditembakin itu tali-talinya, manis. Biar mereka terbang bebas"
'Reihan ini! Selalu saja bikin aku kebingungan' keluh Lani dalam hati.
"Oke, mulai ya.. Satu.. Dua.. Tiga!"
Dor! Dor! Dor! Dor ! Dor!
Begitu terus sampai mereka gemas sendiri karna ternyata susah membuat tali-tali itu putus, dan menerbangkan balonnya satu persatu.
"Huah, kok masih banyak yah balonnya?"
"Sebentar, sebentar. Kamu diem dulu yah, jangan ditembak dulu"
Reihan berjalan ke arah balon-balon yang tak jauh dari posisi dia berdiri. Balon-balon itu masih banyak dan padat merayap karena Reihan dan Lani yang tidak berhasil menerbangkan balon-balon itu. Reihan mengambil salah satu balon berwarna soft-pink, warna kesukaan Lani.
"Nih."
Lani yang sudah sadar saat Reihan mendekat dan membawa balon soft-pink tersebut hanya diam tidak bisa berkata apa-apa.
'Ada cincin!' ujar Lani dalam hati.
Reihan yang menyodorkan balon itu kepada Lani hanya tersenyum manis seperti biasanya. Seperti saat-saat ia biasa menikmati keterkejutan Lani.
"Cincin ini buat kamu. Aku ngasih ini gak ada maksud apa-apa kok, Cuma pengen supaya orang lain tau kalo kamu milik aku."
Lani yang tidak bisa menahan malu hanya diam menunduk menyembunyikan wajahnya yang mulai memanas lagi karena Reihan.
"Makasih, Rei."
Jujur saja, Lani menerima cincin itu dengan setengah hati. Karena dia pacaran dengan Reihan juga bukan semata-mata karena harta yang dimiliki orang tua Reihan ataupun karna wajah Reihan.
Dia suka sifat Reihan yang ceria dan tatapan matanya yang hangat, serta kejutan-kejutan kecil yang kadang membuat Lani sendiri seperti dihinggapi banyak kupu-kupu. Senang bercampur deg-degan. Dan Reihan itu, akan sangat keras kepala kalau Lani tidak mau menerima barang yang sengaja dihadiahkan khusus untuk Lani.
Karena pernah suatu hari, Lani ingin sekali mempunyai scraf soft-pink bermotif balon yang dia lihat di acara bazar fotografi&Fashion Starlight Jakarta. Sepulangnya dari acara jalan-jalannya, Reihan membelikan Lani scraf yang memang benar-benar diingankannya. Lani tentu saja menolak, karna jelas dia tidak ingin terlihat seperti cewek-cewek matre, dan bukan hanya itu, mereka baru memulai hubungan selama 5 bulan sebagai sepasang kekasih pada saat itu. Tidak etis sepertinya kalau dia menerima scraf itu yang tentu saja harganya tidak wajar, karena memang bazar yang mereka datangi adalah bazar amal.
Lani meraba cincin yang baru saja diberikan Reihan.
"Carino?" Ujar Lani sambil melihat sisi bagian dalam cincin itu.
Reihan hanya tersenyum.
"Carino. Yang terkasih."
Lagi-lagi semburat merah jambu itu muncul lagi tanpa bisa ditahan oleh Lani.
"Makasih." Ujar lani
Reihan membalas senyum yang dilemparkan Lani padanya.
"Kita pulang yuk, kayanya disini terlalu dingin. Aku lupa bawa jaket nih."
Lani masih tetap diam dan akhirnya menuruti Reihan untuk segera memasuki mobil KIA-Koup hitamnya. Menyusuri lika-liku jalan menuju Jakarta dengan cuaca yang sangat indah pada pagi itu.
To Be Continued....
"Ugh, berisik banget sih lo mow!"
Reihan kembali menutup selimut dan menelungkupkan badannya ke dalam selimut setelah mematikan momow, beker kesayangannya dengan tokoh Superman yang super cerewet dan bukan 'super laki-laki'. "Woooii!! Adrianata Reihan! Bangun loooooo! Dasar Keboooooooooo.... Lani mana suka sama cowok 'penggarap sawah kaya elo!'"
Lagi-lagi kali ini alarm dari HP Reihan yang sudah di set dengan nada suaranya sendiri, bergetar sampai 2 kali sebelum dia bangun dan langsung ke kamar mandi.
"Iya iya gue bangun nih!"
*
20 kilometer jauhnya, Hapsari Delanita yang sedang bete-betenya karna pacarnya masih susah ditelepon akhirnya memutuskan untuk membuka Netbook pinknya, Lenovo s10-2 kesayangannya. Hadiah dari Tantenya.'Reihan tuh kebiasaan ya, udah jam segini pasti masih tidur deh, huuuh'
Dengan tampang cemberut dia melanjutkan membuka folder 'Lani&Rei'. Sambil menimbang-nimbang apa ya yang bakal dilakuin Reihan nanti. Soalnya Reihan itu suka banget ngasih kejutan-kejutan yang kadang bikin Lani jadi gaenak sendiri, atau tiba-tiba jadi deg-degan. Pokoknya intinya Reihan itu gak ketebak deh.
Belum sempat selesai melamunnya, dia mendengar Mamanya seperti sedang berbicara dengan seseorang. 'Kayanya ada tamu ya?' Pikir Lani.
"Hai." Sapa seseorang yang sedang duduk di ruang tamunya, menunggu Lani menghampirinya.
"Hai, Rei."
'Hmm, Reihan kok kayanya beda ya dari yang biasanya'
Hari itu memang Reihan terlihat berbeda. Dia kelihatan lebih rapi dan tentunya ekspresi cerianya yang tak pernah lepas dari wajahnya.
"Hmm.. Kita jalan sekarang aja yuk." Ajak Reihan.
"Tapi kan masih jam 8, Rei"
"Iya, justru karna udah jam 8 makanya kita harus berangkat sekarang."
Lani yang tidak mengerti arti ucapan Reihan hanya megernyitkan dahi dan akhirnya berlalu untuk ganti pakaian.
"Yaudah, tunggu aku ganti baju dulu ya."
Dia tidak bertanya-tanya lagi, karna tau memang seperti itulah Reihan.
*
Reihan memacu mobilnya ke arah Puncak, Sukabumi. Sesampainya disana, Reihan hanya memberi Lani sebuah pistol mainan anak-anak yang berisi peluru-peluru mainan juga. Lani semakin bingung, tapi jelas dia tidak akan bertanya sebelum Reihan sendiri yang menjelaskan."Sekarang jam 9.42 ya, hmm.. Tunggu 8 menit lagi ya" Ujar Reihan sambil tersenyum.
'Khas Reihan banget' ujar Lani dalam hati.
"Nih, coklat. Aku sengaja beli, karna tau pasti kamu blm makan."
Lani hanya tersenyum dan mengambil coklat dari tangan Reihan.
*
"Rei, ini udah lewat 8 menit loh""Hmm.. Hmm.. Tunggu tunggu Lan bentar, aduh mana sih. Nggak on time banget."
Tidak lama, muncul puluhan balon berwarna soft-pink, dan putih.
Lani hanya tertegun. Diikuti dengan senyum, Reihan hanya berkata
"Aku udah lama pengen nunjukin ini ke kamu."
"Happy 1st Anniversary, Dear"
Lani yang sedari tadi hanya terbengong-bengong mulai muncul semburat merah dari wajahnya.
Dia tidak hanya sekedar suka warna umum dari semua balon-balon itu. Tapi dia suka Balon. Ya... Balon. Apalagi yang berwarna soft-pink seperti itu.
"Itu pistolnya buat nembakin balon-balon disana ya."
Kata-kata Reihan semakin tidak dimengertinya. Buat apa balon-balon itu di diledakin? Kan percuma kalo nanti tinggal tali-tali balonnya doang, pikir Lani.
"Kenapa di tembakin balon-balonnya?"
"Ya, biar terbang ke angkasa dong."
Lani semakin bingung.
"Oh iya, maksudku yang ditembakin itu tali-talinya, manis. Biar mereka terbang bebas"
'Reihan ini! Selalu saja bikin aku kebingungan' keluh Lani dalam hati.
"Oke, mulai ya.. Satu.. Dua.. Tiga!"
Dor! Dor! Dor! Dor ! Dor!
Begitu terus sampai mereka gemas sendiri karna ternyata susah membuat tali-tali itu putus, dan menerbangkan balonnya satu persatu.
"Huah, kok masih banyak yah balonnya?"
"Sebentar, sebentar. Kamu diem dulu yah, jangan ditembak dulu"
Reihan berjalan ke arah balon-balon yang tak jauh dari posisi dia berdiri. Balon-balon itu masih banyak dan padat merayap karena Reihan dan Lani yang tidak berhasil menerbangkan balon-balon itu. Reihan mengambil salah satu balon berwarna soft-pink, warna kesukaan Lani.
"Nih."
Lani yang sudah sadar saat Reihan mendekat dan membawa balon soft-pink tersebut hanya diam tidak bisa berkata apa-apa.
'Ada cincin!' ujar Lani dalam hati.
Reihan yang menyodorkan balon itu kepada Lani hanya tersenyum manis seperti biasanya. Seperti saat-saat ia biasa menikmati keterkejutan Lani.
"Cincin ini buat kamu. Aku ngasih ini gak ada maksud apa-apa kok, Cuma pengen supaya orang lain tau kalo kamu milik aku."
Lani yang tidak bisa menahan malu hanya diam menunduk menyembunyikan wajahnya yang mulai memanas lagi karena Reihan.
"Makasih, Rei."
Jujur saja, Lani menerima cincin itu dengan setengah hati. Karena dia pacaran dengan Reihan juga bukan semata-mata karena harta yang dimiliki orang tua Reihan ataupun karna wajah Reihan.
Dia suka sifat Reihan yang ceria dan tatapan matanya yang hangat, serta kejutan-kejutan kecil yang kadang membuat Lani sendiri seperti dihinggapi banyak kupu-kupu. Senang bercampur deg-degan. Dan Reihan itu, akan sangat keras kepala kalau Lani tidak mau menerima barang yang sengaja dihadiahkan khusus untuk Lani.
Karena pernah suatu hari, Lani ingin sekali mempunyai scraf soft-pink bermotif balon yang dia lihat di acara bazar fotografi&Fashion Starlight Jakarta. Sepulangnya dari acara jalan-jalannya, Reihan membelikan Lani scraf yang memang benar-benar diingankannya. Lani tentu saja menolak, karna jelas dia tidak ingin terlihat seperti cewek-cewek matre, dan bukan hanya itu, mereka baru memulai hubungan selama 5 bulan sebagai sepasang kekasih pada saat itu. Tidak etis sepertinya kalau dia menerima scraf itu yang tentu saja harganya tidak wajar, karena memang bazar yang mereka datangi adalah bazar amal.
Lani meraba cincin yang baru saja diberikan Reihan.
"Carino?" Ujar Lani sambil melihat sisi bagian dalam cincin itu.
Reihan hanya tersenyum.
"Carino. Yang terkasih."
Lagi-lagi semburat merah jambu itu muncul lagi tanpa bisa ditahan oleh Lani.
"Makasih." Ujar lani
Reihan membalas senyum yang dilemparkan Lani padanya.
"Kita pulang yuk, kayanya disini terlalu dingin. Aku lupa bawa jaket nih."
Lani masih tetap diam dan akhirnya menuruti Reihan untuk segera memasuki mobil KIA-Koup hitamnya. Menyusuri lika-liku jalan menuju Jakarta dengan cuaca yang sangat indah pada pagi itu.
To Be Continued....